foto: Kiri, Founder Lembaga Studi Visi Nusantara Maji (LS Vinus), Yusfitriadi, dan Kanan, Pengamat dari LPKP, Rahmatullah. (Ist)

POVINDONESIA.COM – Founder Lembaga Studio Visi Nusantara Maju (LS Vinus), Yusfitriadi mengungkapkan, jika beban berat dipikul calon walikota (Cawalkot) Bogor Dedie A. Rachim di lima (5) tahun kedepan, yang menjadikan sosok pasangan calon (Paslon) nomor urut 03 ini, menjadikannya saat menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bogor periode 2019-2024 lalu.

Menurutnya, tentu ada catatan kinerja maupun konditenya yang harus diperbaiki. Ada banyak janji politik maupun program Pemkot Bogor yang tak terselesaikan, diantaranya revitalisasi Pasar Bogor atau Plaza Bogor dan persoalan prioritas lain.

“Makanya, beban Dedie jauh lebih berat dibanding calon lain. Kami kira masyarakat Kota Bogor baik di perkotaan ataupun perkampungan sudah cerdas dan sudah bisa menilai, mana yang pernah menjabat selama lima tahun dengan setumpuk PR (Pekerjaan Rumah) atau program yang kita sama-sama tahu tidak terselesaikan. Dan mana yang belum menjabat dengan Janji-janji politiknya,” ujar Yusfitriadi kepada wartawan, Selasa (22/10/2024).

Yusfitriadi melanjutkan, ditambah hasil survei tingkat kepuasan masyarakat terhadap Pemkot Bogor yang dirilis LS Vinus, sebanyak 56 persen masyarakat Kota Bogor tidak puas dengan Pemkot Bogor di era pemerintahan Bima Arya-Dedie Rachim.

“Sementara yang puas ada 32 persen dan tidak tahu atau tidak memberikan pilihan ada 12 persen. Survei berlangsung 20-27 April 2024 dengan melibatkan 800 responden melalui teknik pengambilan sampel acak dengan teori slovin dalam pengambilan sampelnya,” ungkap Yusfitriadi.

Hal ini, lanjut Yusfitriadi, bukti masyarakat sudah cerdas dan punya penilaian sendiri meski sampel aja. Selain itu, lama terdengar obrolan-obrolan warung kopi yang menyebut jika suara birokrat di lingkungan Pemkot Bogor justru tidak mengarah ke Dedie Rachim, melainkan condong ke Paslon Sendi-Ferdiansyah.

“Kabar ini cukup masuk akal, karena di belakang Sendi ada sosok Dodi Rosadi, mantan Sekdakot Bogor dan Helmi Soetikno, mantan Dirut PDAM Tirta Pakuan pada masanya,” beber dia.

Diakui, tak diakui, sambung dia, suka atau tidak suka, popularitas dan elektabilitas Dedie Rachim selaku calon petahana yang selalu rangking satu hasil survei, cukup menjadi beban yang berat dengan sejumlah program-programnya di lima tahun ke belakang, lantaran banyak yang tidak terselesaikan.

Dedie memang kandidat paling kuat di Pilkada Kota Bogor 2024.

“Tetapi, tak semua sependapat jika nanti dia yang diprediksi menjadi Wali Kota Bogor periode 2024-2029. Justru ada penilaian berbeda dari Lembaga Pengamat Kebijakan Publik (LKPK),” jelas Yusfitriadi melanjutkan.

Senada, Pengamat dari Lembaga Pemerhati Kebijakan Pemerintah (LPKP), Rahmatullah mengatakan, semua kekuatan dan modal dimiliki Dedie Rachim tak menjamin dia yang menjadi pemenang di Pilwalkot 2024 nanti.

“Justru sebaliknya, malah ada kemungkinan Dedie yang notabane sebagai calon petahana bakal kalah bertarung dengan kandidat lain, yang secera popularitas dan elektabilitasnya di bawah,” singkat pria yang kerap disapa Along itu.